Breaking News
recent

Tradisi Adat Istiadat Pernikahan Menggunakan Tepak Sirih Di Aceh Tamiang Studi Etnografi Di Desa Pantai Balai

Tepak sirih yang dibawakan oleh Ibu-ibu sebelum memasuki rumah mempelai perempuan. (Foto:Ayu Yulia Muhsari)

Penulis : Ayu Yulia Muhsari (Peserta KKN MS kelompok 7)

Kabupaten Aceh Tamiang , Kecamatan Seruway, Desa Pantai Balai salah satu daerah yang ada di Provinsi Aceh,  dalam daerah tersebut tentunya ada Masyarakat yang sedang berinteraksi untuk memenuhui kebutuhan pribadi maupun kelompok. Masyarakat yang tinggal setiap daerah pastinya memiliki tradisi adat istiadat masing masing. 

Saya, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata(KKN) Melayu Serumpun berasal dari luar Provinsi Aceh , Saya berayun ke rumah salah satu warga lokal  menanyakan tradisi unik yang telah saya jumpai yakni Tradisi adat pernikahan menggunakan tepak sirih . 

Sarah, seorang Ibu yang merupakan salah satu warga Desa Pantai Balai, menjelaskan makna tepak sirih dalam adat pernikahan.

“Makna  tepak sirih atau ranup merupakan makanan khas Aceh. Sirih dalam masyarakat Aceh merupakan sebuah simbol kemuliaan yang biasanya dihidangkan kepada setiap tamu yang datang ke rumah, dengan menggunakan Bate Ranup Lam Bate (yaitu sirih yang diletakan dalam wadah tertentu) yang terbuat dari bahan-bahan seperti pinang, gambir, dan cengkeh yang dibalut dengan daun sirih."ujarnya.

Dalam adat perkawinan Aceh sirih juga merupakan salah satu media yang sangat penting, mulai dari acara lamaran hingga pada saat antar pengantin baik Linto baroe (pengantin laki-laki) atau Dara baroe (pengantin prempuan).

“Seorang gadis Aceh dianggap telah sah menjadi calon istri apabila telah menerima ranup (sirih) dan di dalam bungkusan ranup tersebut terdapat pula emas dan kain sebagai lamaran dari pihak keluarga mempelai laki-laki, biasanya calon laki-laki akan membawa rombongannya untuk datang ke kediaman calon mempelai wanita sebagai salah satu adat dan juga syarat untuk melamar seorang gadis,” jelas, Sarah.

Sebenarnya adat tradisi di Pantai balai daerah Aceh ini  dengan adat  Melayu yang ada ditempat tinggal saya hampir sama, yaitu sama-sama menggunakan sirih pada saat prosesi lamaran atau pernikahan. Hanya saja tempat penyajiannya yang berbeda, jika suku Aceh menggunakan bate maka suku Melayu menggunakan tepak untuk menghidangkan sirih. 

Tepak merupakan sebuah tempat untuk penyajian sirih yang disusun dengan berbagai hiasan yang sedemikian Makna dari daun sirih yaitu suatu tumbuhan yang menjalar yang memerlukan akan sandaran tetapi tidak merusak tempat sandaraannya, dengan rasa daun yang pedas yang berarti berani yang dapat disimpulkan dari makna sirih tetap merendahkan diri dan memuliakan orang lain walaupun dia sendiri adalah pemberani dan penawar.

Kapur bersifat hangat dan melecupkan (membakar) rasanya payau yang didapat dari sebuah kerang atau batu kapur berwarna putih dan bersih. Melambangkan hati seorang yang putih bersih serta tulus, tetapi jika dalam keadaaan tertentu yang memaksanya ia akan berubah lebih agresif dan marah.

Gambir atau kacu dengan sifatnya yang penyamak, rasanya kelat (agak kepahit-pahitan) memberikan arti ketabahan dan keuletan hati.

Pinang ini digambarkan sebagai lambang keturunan yang baik budi pekerti, tinggi derajatnya serta jujur. Bersedia melakukan sesuatu perkara dengan hati terbuka dan bersungguh-sungguh. Dilihat dari pohon pinang yang tinggi lurus ke atas serta mempunyai buah yang lebat dalam setandan.

Tembakau melambangkan seseorang yang berarti tabah dan sedia berkorban dalam segala hal. Karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris halus sebagai tembakau dan tahan lama disimpan.

Tepak sirih digunakan sebagai barang perhiasan atau dalam upacara resmi. Karena tepak sirih penting dalam adat istiadat Melayu khususnya Tamiang Desa Pantai balai , dulang tepak sirih terbagi dua bagian di bagian atas disusun empat cembul dengan urutan susunan: pinang, kapur, gambir dan tembakau, di bagian bawah pula disusun cengkeh, daun sirih dan kacip. Daun sirih disusun sedemikian rupa dengan tetap menjaga kebersihan. daun sirih yang disusun dalam tepak sirih hendaklah dilipat bersisip tangkainya,disusun sebanyak lima atau enam helai dalam satu baris.

"Tepak sirih juga biasanya juga digunakan untuk acara pernikahan," tutur, Sarah sebelum mempelai laki-laki masuk ke rumah mempelai perempuan. mempelai laki-laki atau keluarganya harus membawakan sirih corong dan sirih tepak. 

Sirih corong adalah sirih yang disusun dalam sebuah wadah kecil yang diberikan kepada Tetuhe kampong saat pertama jumpa atau lebih dikenal dengan Sireh sapa besan setelah memberikan sirih corong barulah sireh besar atau tepak sirih diberikan kepada tetuhe kampong. dalam tepak tersebut tersusunlah sirih, pinang, gambir, kacu, dan dihiasi dengan bunga-bunga yang indah dan wangi dan dibaluti oleh beberapa kain yang membuat tepak tersebut menjadi indah dan manis yang menggambarkan seorang gadis yang elok rupanya dengan segala kelengkapan. 

Menyorongkan sebuah tepak juga harus berkati-hati agar tidak terjadi kesalahan yang akan membuat pihak penyorong akan mendapatkan sindiran

"Bila mempelai laki-laki tidak membawakan setepak sirih akan mendapatkan sangsi dari Tetuhe, dengan membayar denda sesuai adat setempat atau pihak laki-laki belum boleh dipersilakan masuk," jelas Sarah.

Uniknya di Desa ini, boleh menjalankan dua budaya sekaligus. orang Aceh menikah dengan bukan orang Aceh  boleh membawakan adat Aceh tanpa melupakan adat Melayu dan harus menjalankan prosesi keduanya begitu juga sebaliknya.

Editor : Widya Dwi Putri

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.