Zawiyah News | Desa Seuneubok Pidie merupakan salah satu desa atau gampong di Kabupaten Aceh Tamiang. Desa ini merupakan perbatasan antara Kota Langsa dan Aceh Tamiang, letaknya yaitu bersebelahan dengan Desa Matang Cengai Kecamatan Langsa Timur. Jumlah KK Desa Seuneubok Pidie kurang lebih sebanyak 151 KK dalam dua dusun yaitu Dusun Baroh dan Dusun Mesjid. Mata pencarian penduduk desa tersebut rata-rata berpusat pada pertanian padi sawah. Letaknya yang dikelilingi oleh persawahan menjadikan Desa Seuneubok Pidie sebagai desa aggraria sehingga tepat untuk para petani bercocok tanam padi sawah.
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. Sedangkan padi merupakan bahan dasar makanan pokok sehari hari pada kebanyakan penduduk di negara Indonesia yang nantinya dijadikan sebagai beras. Padi memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Seuneubok Pidie untuk kebutuhan makanan pokok dan tidak dapat digantikan oleh bahan makanan lain. Karna desa Seuneubok Pidie ini dikelilingi oleh persawahan maka banyak dari warga desa tersebut yang pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani.
Daya Tarik yang di perlihatkan oleh Desa Seuneubok Pidie, tidak hanya sebatas dikelilingi oleh persawahan. Karna desa Seuneubok Pidie ini tergolong dalam kawasan pendesaan atau perkampungan yang damai dan tentram, masyarakat di desa ini sangat ramah dan antusias, mereka juga masih menerapkan beberapa tradisi atau adat yang dari dulu tak terlupakan. Selain itu kelengkapan alat-alat atau mesin untuk proses penanaman padi hingga menjadi beras juga terdapat di desa ini yang di miliki oleh beberapa dari masyarakat sekitar untuk mata pencaharian mereka.
Sejarah Desa Seuneubok Pidie
Menurut warga setempat desa Seuneubok Pidie dulunya terkenal dengan nama desa Matang Surin, konon katanya desa Seuneubok Pidie diberi nama desa Matang surin karna dulu di desa tersebut terdapat pohon surin yang sangat besar, saat warga lain pergi ke desa tersebut untuk bertani mereka menyebutkan desa itu dengan sebutan Matang surin. Seiring berjalannya waktu desa tersebut diberi nama desa Seuneubok Pidie karna dulu banyak pendatang dari Pidie yang datang mencari kawasan untuk di tempati dan menetap sampai saat ini. Kata “Seuneubok” dalam bahasa setempat disebut “leubok” berarti rawa yaitu kawasan rawa sedangkan pidie diambil dari pedatang yang datang dari pidie dan menetap disini.
Tradisi Bercocok Tanam Padi Sawah Desa Seuneubok Pidie
Desa Seuneubok Pidie terkenal sebagai desa aggraria yang sudah lama memegang sebuah tradisi menanam. Masyarakat menanam padi sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat desa Seuneubok Pidie. Ada aturan pelaksanaan yang dibuat perangkat desa Seuneubok Pidie dalam bertani dengan tradisi-tradisi atau adat yang dari dulu sampai sekaran masih dilakukan dimana masyarakat melakukan kenduri blang sebelum turun kesawah. Kenduri adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah dan sebagainya. Sedangkan Blang berasal dari bahasa Aceh artinya sawah. Maksud kenduri blang pada masyarakat Seuneubok Pidie yaitu bertujuan untuk meminta berkah saat penanam padi sawah.
Masyarakat Seuneubok Pidie mempunyai pengetahuan kearifan lokal yaitu sebelum mulai menanam padi, petani sawah dan perangkat desa serta tokoh adat membuat musyawarah terlebih dahulu. Musyawarah ini dilakukan rutin saat ingin memulai penanaman dengan tujuan agar semua petani bisa secara bersamaan melakukan penanaman dan agar tali silahturahmi juga tetap terjaga. Saat melakukan musyawarah juga menetapkan tanggal untuk diadakannya kenduri blang yaitu tradisi turun temurun yang dilakukan dari dulu dengan tujuan agar pelaksanaan tahapan menanam padi berkah dan terhindar dari wabah penyakit. Ada dua kali kenduri blang yang dilakukan oleh masyarakat Seuneubok Pidie yaitu kenduri saat ingin memulai penanaman padi yang dinamai “kenduri peu phon blang” dan kenduri saat penutupan penanaman padi yang dinamai dengan “kenduri top blang”.
Ada beberapa tahapan atau proses penanaman padi setelah musyawarah dan melakukan kenduri peu phon blang, tahap pertama masyarakat mengolah tanah terlebih dahulu seperti melakukan pembersihan tanah dan melakukan pengairan air sawah namun biasanya saat musim hujan masyarakat tidak sering juga melakukan pengairan tersebut. Setelah itu masyaraka melakukan pembajakann sawah sebanyak dua kali, pembajakan pertama bertujuan untuk mematikan dan membenamkan rumput dan yang kedua untuk pematangan tanah agar bisa ditanami. Tahap selanjutnya yaitu pembibitan yaitu memilih bibit dan merendam bibit tersebut setelah itu memilih tempat persemaian dan melakukan penaburan bibit. Tahap selanjutnya yaitu setelah bibit yang ditabur sudah tumbuh tinggi lalu masyarakat melakukan pencabutan bibit untuk ditanami ke sawah sawah setelah itu dilakukan pemupukan dan jika semua masyarakat Seunebok Pidie telah siap melakukan penanaman padi lalu masyarakat tersebut mengadakan kembali kenduri blang yaitu kenduri penutupan sawah yang dinamai “kenduri top blang”.
Setalah proses penanaman biasanya masyarakat menunggu 3-4 bulan untuk proses pelaksanaan panen padi, dimana era modenrn saat ini semua dilakukan dengan alat alat canggih namun ada juga yang masih menggunakan alat tradisional. Saat memanen padi masyarakat disini memanen dengan mesin potong padi. Ternyata di desa ini juga ada tempat dan alat penggilingan padi menjadi beras. Terdapat pabrik penggilingan padi dan ada juga penggilingan padi keliling yang dimiliki oleh salah satu warga Seuneubok pidie.
Seuneubok Pidie merupakan desa aggraria oleh karna itu mata pencaharian utama mereka adalah bertani padi sawah tetapi ada juga sebagian yang bekerja sebagai pedagang, kuli bangunan, nelayan dan pekerjaan lainnya.
~Nilam Cahya Mahasiswa IAIN Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar