Zawiyah News | Desa Kuala Penaga adalah salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh, dengan jumlah penduduk kurang lebih 300 kepala keluarga dan terdiri dari tiga dusun yaitu, Dusun Singgah Mata, Dusun Alur Putung dan Dusun Ujung Baru. Sebagian besar masyarakat Desa Kuala Penaga ada yang berkerja sebagai petani, pedagang, wiraswasta, dan selebihnya ada yang bekerja sebagai nelayan. Nelayan didesa Kuala Penaga ada nelayan buruh nelayan sebagai pemilik dan nelayan perorangan. |
Hasil tangkapan nelayan berbagai macam seperti udang, ikan, kerang, kepiting dan tangkapan lainnya. Mayoritas tangkapan nelayan yaitu tangkapan udang yang mana udang tersebut akan diolah sebagai bahan penyedap makanan yaitu belacan atau sering disebut terasi.
Terasi merupakan salah satu produk perikanan yang pembuatannya dilakukan dengan proses fermentasi, yang menjadi salah satu bumbu masakan yang banyak digunakan dalam masakan orang Indonesia. Mungkin kita tidak asing lagi dengan produk ini karena sering kita jumpai di pasar tradisional.
Bahan utama pembuatan terasi selain udang yaitu garam kasar, pewarna makanan bewarna merah, Garam berfungsi untuk bahan pengawet alami pada terasi, Fungsi pengawet alami pada garam disebabkan karena garam memiliki kandungan ion Na+ dan Cl- yang menyebabkan pertumbuhan sel mikroorganisme dari bahan pangan terhambat dan akhirnya mati, dan pewarna makanan bewarna merah berfungsi untuk mewarnai terasi untuk menarik minat pembeli.
Beberapa Proses Pembuatan Terasi
1. Tahap Penangkapan Udang
Langkah pertama adalah penangkapan udang, udang yang dicari oleh masyarakat nelayan adalah udang kecepai atau udang rebon, yang mengunakan alat yang di namakan tangguk, masyarakat pergi dari pagi sekitar jam 04:00 sd 10:00 pagi.
2. Tahap Pemisahan atau Pembersihan
ketika udang rebon hasil tangkapan nelayan sudah sampai di darat, baru dilakukan langkah yang kedua yaitu pembersihan. Udang akan dibersihkan dari sampah-sampah, ikan-ikan dan udang-udang besar yang ada. Lalu hanya diambil udang rebon (kecepai) saja.
3. Tahap Penjemuran Pertama
Saat udang sudah dibersihkan maka dilanjutkan tahap penjemuran pertama dengan cara menjemurkan udang sedikit tebal diatas plastik yang dibawah matahari, lama penjemurannya sekitar 3 jam.
4. Tahap Pengaraman dan Pewarnaan
Pada tahap ini udang yang sudah dijemur dengan tebal lalu diangkat dan lalu diisikan di suatu wadah yang bersih dan diberikan campuran garam, garam yang dicampurkan sesuai selera. pada tahap ini juga dikasih pewarna untuk menarik minat pembeli. Warna yang di pakai pewarna makanan berwarna merah.
5. Tahap Pengendapan atau Fermentasi
Setelah proses pengaraman dan pewarnaan lalu lanjut proses fermentasi (pengendapan), dalam proses ini udang difermentasi selama satu malam.
6. Tahap Penjemuran Kedua
Setelah udang di fermentasi selama satu malam, lalu udang di jemur diatas plastik dibawah matahari selama beberapa jam.
7. Tahap Pelumatan
Pada tahap pelumatan udang, masyarakat sekitar masih mengunakan lesung atau sebuah timba untuk ditumbuk dan di lumatkan, mula-mulanya udang yang baru saja di jemur itu diisi sedikit demi sedikit didalam lesung lalu di tumbuk hingga lumat,pada proses ini sangat melelahkan, jikalau bagi yang sudah terbiasa akan mudah dan cepat lumat, jika kita yang tidak terbiasa dalam pelumatan memakai lesung sangat melelahkan.
8. Tahap Pencetakan
Tahap selanjutnya ialah tahap pencetakan, terasi yang sudah dilumatkan, ditutuk dengan alat tradisonal yaitu lesung atau bisa juga dengan timba, setelah itu terasi dicetak dengan beberapa bentuk salah satu nya cetakan setengah kilo dengan bentuk batu bata, yang bertujuan untuk menarik minat pembeli.
Tanggapan dari Ibu Ratna Dewi (masyarakat Desa Kuala Penaga) produk belacan tutuk yang ada di Desa Kuala Penaga adalah belacan atau terasi yang terbuat asli dari udang tanpa ada campuran ikan, rasa nya enak dan mantap, produk belacan tutuk yang ada di Desa Kuala Penaga Kabupaten aceh tamiang dulu sudah terkenal di berbagai penjuru namun kurang nya pengetahuan teknologi dan dukungan dari pemerintah membuat terasi ini sudah memudar terkenal nya, sedikit demi sedikit hanya masyarakat sekitar tamiang saja yang mengetahui nya. Semoga ada dukungan lebih tinggi lagi dari pemerintah dalam menegembangkan produk belacan tutuk ini. Dan dalam penjualan, Ibu Ratna juga mengalami kesulitan dikarenakan fasilitas jalan dan alat transfortasi yang sulit didapatkan. Dan banyak berbagai kendala lainnya lagi. Ibu Ratna berterima kasih karna saya sebagai Mahasisiwi sudah mau mengunjungi Desa Kuala Penaga, dia juga berharap semoga kedepannya lebih dipermudah dalam proses pembuatan maupun penjualan terasi. Sekian.
Doakan saja secepatnya,
semoga lelah mamak dan ayah cepat terganti
dengan kesuksesan kakak dimasa yang akan datang
Penulis: SURIYANI Mahasiswi IAIN Langsa Prodi Ekonomi Syariah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar