Ilustrasi : Google |
Berdasarkan
latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka pokok permasalahan
dalam artikel ini adalah “Apa karakter positif yang terbentuk dalam puasa
Ramadhan?”. Dari permasalahan pokok tersebut dapat digali beberapa pertanyaan
seperti apa itu puasa, bagaimana puasa ramadhan membentuk karakter seseorang,
apa nilai-nilai karakter yang dihasilkan dari puasa, oleh karena itu artikel
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengertian tentang puasa. , Menemukan
pengaruh puasa dalam pembentukan karakter seseorang dan menemukan nilai-nilai
karakter positif yang terbentuk dari pelaksanaan puasa.
Semua
agama di muka bumi ini memiliki ajaran tentang puasa. Secara bahasa, puasa
berarti melumpuhkan dan menghindarkan diri dari sesuatu, seperti menahan makan,
minum, nafsu, ngomong-ngomong dan lain-lain. Dalam Islam, itu mengacu pada
firman Allah dalam Surah Maryam ayat
26 dengan makna sebagai berikut: “Sesungguhnya, pantang berbicara telah aku
bersumpah kepada Yang Maha Pemurah; karenanya, hari ini saya tidak boleh
berbicara kepada makhluk fana mana pun. " (QS. Maryam: 26). Kata
“berpuasa” dari ayat ini berarti diam, mencegah dan menahan diri untuk
berbicara. Sedangkan puasa dalam bahasa sehari-hari berarti: menahan diri dari
makan, minum dan berhubungan seks serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa
untuk jangka waktu tertentu dengan maksud untuk mengabdi kepada Allah.
Dalam
Perspektif Agama, puasa merupakan salah satu cara untuk menyucikan jiwa dari
sifat, watak dan tingkah laku yang buruk menjadi sifat, watak, dan tingkah laku
yang baik. Hawa nafsu yang dapat membuat manusia menyimpang adalah kepuasan
fisik baik berupa perut maupun kemaluan. Sedangkan puasa merupakan kebiasaan
yang dapat mengontrol nafsu tersebut.
Ada
dua kategori puasa dalam Islam, yaitu puasa wajib dan puasa sukarela (sunnah). Puasa wajib harus dilakukan
oleh umat Islam yang sudah dewasa dan sehat. Contohnya puasa Ramadhan.
Sedangkan puasa sukarela bisa dilakukan oleh umat Islam di luar bulan Ramadhan.
Puasa sukarela telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad selama hidupnya dan diikuti
oleh umatnya. Contoh puasa sukarela adalah puasa 6 hari di bulan Syawal;
berpuasa pada tanggal tertentu (9, 10) Muharram; berpuasa pada tanggal tertentu
(9) Dzulhijjah; berpuasa pada tanggal tertentu (13, 14, 15) setiap bulan;
berpuasa pada hari senin dan kamis; dan puasa Nabi (David AS) yang terdiri dari
puasa satu hari dan satu hari buka puasa.
Puasa
Ramadhan dilakukan oleh umat Islam selama satu bulan Qomariah (berdasarkan
siklus Bulan) dengan 29 atau 30 hari. Perhitungan dimulai dari akhir bulan
Shaban (bulan 8) dan diakhiri dengan masuknya Syawah (Bulan 10). Bulan Ramadhan
merupakan salah satu bulan yang istimewa menurut kepercayaan umat Islam. Dalam
ayat-ayat Alquran dan Hadis, banyak teks yang membicarakan tentang keistimewaan
Ramadhan. Misal, bulan yang dimulai dimulainya Alquran (QS 3: 185), Malam Kuasa
sekarang lebih baik dari pada seribu bulan (al-QS Qodar ayat 1-5), bulan yang
melipatgandakan pahala bagi ibadah, bulan kasih sayang dan maaf, dan
lain-lain.
Puasa
Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT
kepada umat Islam di tahun kedua setelah Hijrah
(perpindahan) Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Jadi, kewajiban puasa
Ramadhan dimulai saat umat Islam telah berada di Madinah. Nabi Muhammad wafat
pada tahun ke 11 Hijrah. Dengan
demikian, diketahui bahwa semasa hidupnya Nabi hanya memiliki waktu puasa
Ramadhan sekitar sembilan kali.
Kewajiban
puasa di bulan Ramadhan bagi umat Islam didasarkan pada firman Allah SWT yang tertuang dalam Surah
Al-Baqarah ayat 183 yang artinya sebagai berikut: “Hai kau yang sudah beriman!
Puasa ditahbiskan bagimu seperti yang telah ditetapkan bagi mereka. sebelum
Anda sehingga Anda tetap sadar akan Allah".
Kemudian, berdasarkan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
memiliki arti sebagai berikut: Islam dibangun di atas lima dasar bersaksi bahwa tidak ada Allah selain Allah,dan
Muhammad adalah utusan Allah,berdoa,
membayar zakat , Puasa Ramadhan dan Haji.
Firman Allah SWT
yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 dapat dipahami sebagai berikut:
pertama, secara teologis orang yang dipanggil Allah untuk berpuasa adalah orang yang beriman. Frasa "ya-ayyuhalladjina amanu" dalam
paragraf 183 di atas mengisyaratkan hal itu. Dengan demikian, orang yang tidak
beriman tidak termasuk dalam kelompok tersebut. Kedua, secara hukum, puasa
Ramadhan itu wajib. Ungkapan “kutiba
alaikum Shiyyam” (mewajibkan Anda untuk berpuasa) menunjukkan kepastian
puasa ini. Semua Muslim setuju tentang kewajiban untuk melakukan puasa
Ramadhan. Ketiga, puasa secara historis memiliki sejarah yang sangat panjang.
Frase “Kama kutiba a'lalladzina min
qoblikum” (diharuskan sebelum Anda) menunjukkannya. Puasa memiliki putaran
dan pergantian sejarah yang sangat panjang. Terakhir, secara manajemen, puasa
memiliki tujuan konkrit yang membentuk orang untuk menahan diri. Ungkapan
"la'allakum tattaqunmenolak"
(agar kamu) dengan jelas menunjukkan hal ini. Dengan kata lain, tujuan utama
puasa adalah membuat orang menahan diri. Menjadikan orang saleh bukan hanya
target puasa tapi juga target semua jenis ibadah dalam Islam. Hal itu dapat
dilihat dalam surat Al-Baqoroh ayat 21: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu, yang
menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang
benar.”
Pendidikan
Karakter memiliki beberapa arti. Secara etimologis, kata “karakter” berasal
dari bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti
“mengukir” . Kata "mengukir" berarti mengukir, melukis, atau meletakkan. Sedangkan secara terminologi,
karakter berarti “Karakter batiniah yang dapat diandalkan untuk merespon
situasi secara moral”. Lebih lanjut dikatakannya bahwa karakter berkaitan
dengan konsep moral (moral Knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku
moral (moral behaviour) (perilaku moral). Berdasarkan ketiga komponen tersebut
dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan beramal, dan beramal saleh. Dalam kamus bahasa Indonesia,
kata "karakter" diartikan sebagai kebiasaan, ciri psikologis, akhlak
atau akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga dapat
berarti huruf, angka, spasi, simbol khusus yang dapat muncul di layar dengan
papan tombol (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Adapun
karakternya adalah kepribadian, tingkah laku, dan tingkah laku.
Dalam
bahasa Arab, akhlak dikenal dengan istilah ""akhlaq, yaitu jama 'dari kata "khuluqun" yang secara linguistik diartikan sebagai temperamen,
tingkah laku atau kebiasaan, tata krama, tata krama, dan tindakan. Ibnu
Miskawai (w. 421 H / 1030 M) sebagai ulama terkemuka akhlaq menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari
pengertian tersebut dapat diambil beberapa ciri penting dari istilah akhlaq
atau akhlak. Pertama, perbuatan yang telah tertanam kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi suatu kepribadian. Kedua, itu dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran sebelumnya. Ketiga, tindakan yang muncul dari dalam orang yang
mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Itu murni karena kemauan,
pilihan, dan keputusan. Keempat, dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan
sebagai lelucon atau akting. Terakhir, perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas,
hanya karena Allah SWT, bukan karena
orang tersebut ingin mendapat pujian.
Memiliki
karakter yang baik tidak bisa begitu saja didapat saat seseorang dilahirkan
tetapi membutuhkan proses dan tahapan yang panjang dalam hidupnya. Salah
satunya melalui pendidikan karakte. Pendidikan karakter merupakan penanaman
nilai-nilai karakter kepada masyarakat di sekolah. Termasuk didalamnya adalah
komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan sehingga mereka
dapat mengimplementasikan nilai-nilai tersebut kepada Allah, diri sendiri, tetangga, lingkungan, atau bangsa untuk
menjadi manusia yang sempurna.
Pendidikan
karakter juga mengacu pada nilai pendidikan karena nilai adalah karakter dalam
tindakan atau nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan. Karakter juga
disebut nilai operatif atau nilai yang diimplementasikan dalam tindakan
(perilaku). Karakter terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai
kebajikan dan diyakini dapat digunakan sebagai landasan berpikir, berperilaku,
dan bertindak. Keutamaan tersebut bersumber dari beberapa nilai yang diyakini
sebagai kebenaran yang terwujud dalam hubungan yang membangun interaksi antara
manusia dengan Allahnya, sesama
manusia, lingkungan, manusia dan negara, dan dengan dirinya sendiri. Hubungan
ini akan menyebabkan penilaian karakter seseorang. Oleh karena itu, pendidikan
karakter berarti proses internalisasi, penyajian, penanaman, dan pengembangan
nilai-nilai yang baik pada peserta didik. Dengan menginternalisasikan
nilai-nilai baik pada peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang baik. Dalam
pendidikan karakter, siswa tidak hanya diajari tentang mana yang benar atau
salah tetapi mereka juga menumbuhkan kebiasaan baik itu sendiri, sehingga
mereka mengerti, merasa, dan mau berbuat baik. Teladan dari pendidik juga
penting dalam pembentukan karakter anak didik. Perlu diperhatikan bahwa
pendidikan karakter yang optimal tidak dapat ditangani oleh satu pihak saja.
Ini harus dilaksanakan secara menyeluruh oleh semua kalangan, mulai dari
keluarga, komunitas, sekolah hingga pemerintah.
Beribadah dalam Islam dekat dengan
pembentukan akhlak atau akhlak. Kalimat Allah
SWT dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi dalam Ayat 21: "Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu, yang menciptakan kamu dan orang-orang di hadapanmu, agar
kamu menjadi orang yang benar." Dalam ayat ini, Allah SWT mengaitkan hubungan antara ibadah dan sikap berkomitmen.
Takwa berarti menjalankan perintah Allah dan
jauh dari larangannya.
terkait
dengan perbuatan buruk. Demikianlah orang-orang saleh adalah mereka yang
menjalankan Allahperintahdan menjauhi
larangannya. Hal ini terkait dengan ajaran "amar ma'ruf nahi munkar", yaitu mengajak orang untuk berbuat
baik dan menghindarkannya dari hal-hal yang buruk. Mereka yang saleh memiliki
moralitas atau karakter yang baik.
Penulis : Nazhiatul
hiqmah Mahasiswa Penddikan Matematika IAIN Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar