Essay- Saat ini, setiap generasi memiliki label maupun atribut yang melekat pada masing-masing generasi, begitu pula dengan generasi milenial. Milenial hadir di saat aktivitas sehari-hari mulai dipengaruhi internet dan perangkat seluler. Inilah mengapa generasi milenial dinilai sebagai orang yang sangat mahir dalam menggunakan teknologi dan platform digital. Selain mahir menggunakan teknologi, milenial juga memiliki sejumlah karakteristik lain diantaranya milenial membangun negeri. Generasi ini dinilai sebagai kelompok dengan etnisitas yang lebih beragam dibanding generasi-generasi sebelumnya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan juga harus ditingkatkan. Karena masih banyak masyarakat terutama para orang tua belum memahami apa pentingnya pendidikan. Kita sebagai calon pendidik harus mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat dan para orang tua akan pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Dengan adanya pemahaman tersebut, maka para orang tua akan berbondong-bondong memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Milenial juga merupakan generasi dengan tingkat pendidikan yang baik. Itulah mengapa milenial dianggap sebagai generasi muda terdidik dengan optimisme yang tinggi. Dalam membangun negeri yang milenial, sebuah generasi yang berprestasi perlu diadakannya persiapan yang matang.
Kita
harus mampu memberikan pendidikan dan pemahaman pada anak mengenai sesuatu hal
yang baik. Kita juga harus mampu mengajarkan pada anak sikap-sikap yang baik
yang sesuai dengan norma dan agama serta membiasakan anak untuk menerapkan dan
melaksanakan sikap dan perilaku yang baik. Untuk membangun generasi yang
milenial perlu dibangun sejak anak usia dini, hingga remaja. Dengan penanaman
sikap sejak anak usia dini, maka akan tertanam dalam diri anak dan akan
teringat hingga anak dewasa karena sudah menjadi kebiasaan sejak dini. Salah
satu membangun negeri yang milenial yaitu membangun ruang mengaji di usia remaja.
Banyak sekali ditemukan anak yang sudah beranjak remaja yang malas mengaji,
disebabkan karena mereka pada saat usia dini kurangnya peduli tentang
pendidikan agama dan faktor kecanggihan teknologi juga. Pendidikan
agama bagi seorang anak merupakan hal yang penting karena bekal bagi kehidupan
mereka nantinya. Al quran merupakan kitab umat islam dimana kita harus bisa
membaca dan mempelajarinya. Pendidikan agama bagi anak misalnya dengan cara
mendatangkan guru mengaji al quran. Alasan mengapa harus mengundang guru adalah
untuk memberikan cara belajar iqra pada anak jika orang tua belum begitu paham
mengenai hal tersebut atau bisa juga dengan membuat ruang belajar mengaji tidak
harus mendatangkan guru ngaji ke rumah-rumah.
Pada
masa usia remaja minat untuk membaca
terutama membaca Al-Qur’an dikalangan sebagian
anak usia remaja semakin berkurang
ini dikarenakan anak pada
usia tersebut masih dalam
pencarian jati diri, mereka
juga masih mudah terpengaruh dengan lingkungan pergaulan
teman-temannya, apalagi ruang mengaji bagi usia remaja masih sangat minim.
Dengan kesenangan mereka
bermain-main mereka lupa
akan kewajibannya sebagai
umat islam yaitu belajar mengaji.
Hal ini
juga berdampak dengan
kemalasan mereka untuk
mempelajari Al-Qur’an,
terutama dalam membacanya. Mereka
akan banyak mencari
alasan apabila disuruh membaca
Al-Qur’an. Jadi di sini sangat membutuhkan ruang mengaji di usia remaja.
Dari
beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sangat penting membangun ruang
mengaji di usia remaja karena dengan adanya ruang mengaji mereka bisa belajar
kembali tata cara dalam membaca
al-qur’an, tidak membuang waktu dengan hal yang tidak berguna serta mereka bisa
menjalin silaturahmi bagi antar sesama muslim. Seperti halnya apa yang
dilakukan oleh seorang remaja wanita
bernama Masitah Mulianti,
anak berusia 20 tahun ini
telah menciptakan sesuatu yang besar dalam bidang agama jika dilihat dari
usianya yang realitif muda. Suatu kisah yang menyentuh hati ditengah kesibukan
dunia ia memilih untuk menjadi guru mengaji meski anak-anak yang seusia
dengannya cenderung berminat untuk menekuni hal lain. sebab hal itulah kisah
ini terbilang berharga dan sangat langka, dengan apa yang ia miliki ia tetap
berusaha dan belajar lalu membagikannya kesiapapun yang ingin belajar dengannya
karena yang dilalukan oleh remaja ini tentu bukan hal yang biasa mengingat pada
zaman ini anak-anak lain seusianya disibukan oleh urusan duniawi, namun ia
memilih jalan ini untuk tetap berbagi ilmu pada sesama dan lingkungan
sekitarnya.
Ia
membuka rumah mengaji yang berisikan banyak murid yang mana usia muridnya cukup
beragam. Ada anak-anak yang sedang sekolah, belum sekolah bahkan ia juga
mengajar ibu-ibu yang ingin lebih memperdalam ilmu tentang mengaji. Demikianlah
ia mengahiskan hari dengan kesibukannya, diiisi oleh hal-hal bermanfaat berbau
keagamaan yang kemudian menjadi berkah dan dapat membantu kehidupannya. Tentu
kisah remaja ini tak sertamerta terjadi tanpa latar belakang terlebih dahulu.
Ia tinggal dengan seorang ayah yang bekerja sebagai marbot masjid dan ibunya
sudah tiada. Lingkungan keluarga
yang religious mempengaruhi ilmunya dibidang agama, ia telah belajar mengaji
dan memiliki kebiasaan mengaji sejak ia kecil hingga ilmunya semakin bertambah
seiring ia dewasa kini ia telah
berbagai dan menyebarkan ilmu tersebut pada siapapun yang haus akan ilmu
keagamaan dan senantiasa ingin mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dengan
latar belakang keluarga yang termasuk kekurangan ia harus siap untuk membantu
kebutuhan sehari-harinya dengan ayahnya. Maka dari itu dengan bekal dan ilmu
yang ia punya dibidang agama ia memilih untuk menjadi guru mengaji setelah ia
menuntaskan pendidikannya dibangku SMA. Mulanya ia mengajar ibu-ibu dan datang
dari rumah kerumah, hal itu ia tekuni sejak yahun 2013 ketika usianya baru menginjak 12 tahun sebagai langkah
awalnya sebelum mendirikan rumah mengaji yang belum sebasar sekarang ini,
hingga kemudian ia mendapat banyak keberkahan yang turun lewat rezeki melalui
anak-anak muridnya dan mulai membuka rumah mengaji dirumahnya sendiri.
Anak
yang ia didik sudah terbilang banyak untuk ukuran rumah mengaji yang dibina
oleh seorang remaja. Dengan keteladanan dan sikapnya yang ramah serta halus
membuat anak-anak gemar belajar dengannya. Tentu bukan suatu yang mudah untuk
ia hadapi sebelum ia membuka rumah mengaji yang berisikan banyak murid, ia
telah melewati banyak cerita dan proses yang membawanya sampai pada hal ini.
Pengalaman-pengalaman dan ilmu yang tiada batas telah mengubah hidupnya dan
menjadikan dirinya sebagai guru muda yang juga siap mengajarkan para generasi
muda. Hal ini patut untuk ditiru oleh para generasi seusianya, anak-anak muda
yang sedang mencari jati diri diluar sana namun ingin senantiasa tetap dekat
dengan Sang Pencipta, tentang karakternya dan keberanian mengambil jalan dan
tindakan serta kesabaran dalam membantu keluarga. Namun meski demikian, kerja
kerasnya tetaplah tak bisa diukur dengan hasil dari pekerjaan yang telah ia
geluti, sebagai hamba Allah ia tetap melaksanakan perannya dalam mengajar
mengaji dengan hati yang tulus dan tanpa pamrih.
Kisah ini adalah renungan untuk kita semua, dimana seorang remaja telah membuka
rumah mengaji yang diisi oleh banyak murid. Dibalik kita yang disibukkan akan berbagai kepentingan duniawi hendaklah kita mengambil jeda
sejenak dan mengingat sosok anak remaja, generasi milenial yang telah
mengabdikan dirinya sebagai guru mengaji yang tinggal dengan kedamaian pada
sebuah desa di kota kecil, Langsa.
Penulis : Miranti Islami Mahasiswi IAIN
Langsa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Matematika, Peserta
KPM Tematik 2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar